Rabu, 27 Mei 2020

Selayang Pandang Al Habib Muhammad Al Athos

Siapa tak kenal Maka Harus Taaruf ...

Ada yang tahu dengan beliau kah ?
Beliau merupakan Pengasuh Pondok Pesantren Markaz Syariah Megamendung - Kab. Bogor .
Ulama Muda yang cerdas ini bernama Al Habib Muhammad Bin Husein Al Athos, LC., MA .
Habib Muhammad ini lulusan S1 nya dari Al Azhar University dan S2 Lulusan dari Pascasarjana Fak. Dirasah Islamiyyah UIN Syarif Hidayatullah .
Sosok yang bersahaja dan sederhana terdapat para dirinya . Keilmuan beliau tidak dapat diragukan lagi, akhlak serta budi pekertinya sangat luhur yg merupakan warisan dari Datuk Beliau yakni Nabi Muhammad Saw. Darah serta nasab beliau tersambung langsung kepada orang mulia Rasululullah Saw . Ketegasan beliau dalam menyampaikan Tausyiah nya tak jauh berbeda seperti IB - HRS .
Habib Muhammad biasa di panggil sapaanya oleh para santri ,masyarakat ,serta jamaahnya inipun merupakan daripada pengasuh Pondok Pesantren Markaz Syariah Megamendung yang didirikan langsung oleh Mertuanya Yakni
  الحبيب محمد رزق بن حسين شهاب .
Habib Muhammad Al Athos ini juga salah satu menantu beliau dari putrinya yang Bernama Syarifah Khumaira Syihab merupakan putri ke-2 nya.
Habib Muhammad , sosok habaib yang ramah dan penyayang bagi para santrinya , beliaupun sangat Jelas , lugas dan dapat difahami ketika sedang mengajar para santrinya di Markaz Syariah ataupun saat mengisi Mauidzah Hasanah di panggung ataupun Majlis Ta'lim .
Semoga kita semua bisa mendapatkan ilmu serta keberkahan dari padanya ...
Bersambung ...
Insya Allah Next Time , bisa di lanjut kembali .

Wallahu Musta'an

Wassalamu alaikum wr wb

Alfaqir Ahmad Fatih Ansor

Rabu , 4 Syawal 1441 H | 27 Mei 2020
Markaz Syariah , Megamendung Kab. Bogor

Senin, 15 Juli 2019

TASIKMALAYA ( CM ) – Kehadiran Ustadz Abdus Shomad LC MA yang biasa kita kenal dengan panggilan UAS, di Tasikmalaya,  merupakan suatu anugerah yang Allah SWT berikan karena  agenda Safari Dakwahnya di Tasikmalaya , sangat dinanti nanti oleh masyarakat muslim di Tasikmalaya dan Sekitarnya.

Dan Jumat ( 05/10 ) UAS datang memenuhi janjinya, digagas oleh Pondok Pesantren Suryalaya dalam Agenda menyambut bulan Muharram Tahun Baru Hijriyah 1440 H, kehadiran ustad asal tanah melayu Riau ini bagaikan magnet untuk Pemersatu Umat Islam saat ini.

Selepas Shalat Jum’at warga Se- Priangan Timur berbondong-bondong menghadiri acara tabligh akbar tersebut. hingga  tumpah ruah bagaikan lautan manusia. ” Saya datang ke tanah para mujahid. yakni Tasikmalaya ini dan sebelumnya saya melakukan takziah ke guru kami almarhum Abah Anom pendiri pontren Suryalaya yang berhasil membangun akhlaq islam di tanah Tasikmalaya ” ujar UAS.

meski ditengah terik matahari jutaan umat seakan tak bergeming, dan rela terbakar kulitnya demi mendengarkan taudziah ustad dengan julukan Dai Jutaan netizen ini.

Diakhir taudziahnya Ustad Abdul Somad berpesan kepada umat untuk tetap memegang erat persatuan dan terus tegakan amar maruf nahyi mungkar. ” Seperti pepatah abah Anom , Sayangilah orang yang membencimu, takutlah akan adzab Allah segeralah berhijrah dan tetap tegakan Amal Maruf nahyi mungkar karena sejatinya itulah yang bisa menahan adzab Allah kepada hambanya ” terangnya.

Usai memberikan taudziahnya, UAS pun pamit dan meneruskan safari dakwahnya ke Kotamadya Bandung. ( Tubagus Ahmad Fatih / ZZ )

Sumber: https://www.cakrawalamedia.co.id/dari-suryalaya-inilah-pesan-uas-bagi-umat-islam-dan-bangsa-indonesia

Jumat, 20 Januari 2017

Panggilan Jihad Karya Buya Hamka


      ‘’Panggilan Jihad’’ karya Buya Hamka yang menyerukan persatuan bagi para pemimpin Islam dimanapun berada . Inilah lirik lagu ‘’ Panggilan Jihad’’ yang kerap diputar Radio Republik Indonesia (RRI) setiap kali santapan rohani usai shalat shubuh saat itu .
Allahu Akbar Allahu Akbar Allah Allahu Akbar ...
Kalam suci menyentuh kalbu berjuang
Maju serentak membela kebenaran
Untuk negara , bangsa dan kemakmuran
Hukum Allah tegakkan ..
Allahu Akbar Allahu Akbar Allah Allahu Akbar ...
Putera puteri Islam harapan agama ...
Majulah serentak genggamkanlah persatuan , kalam tuhan
Mari kita memuji mari kita memuja ..
Peganglah persatuan .. kalam .. Tuhan ..
Kalam suci menyentuh kalbu berjuang ..
Maju serentak mencapai kemenangan
Untuk Negara , Bangsa , dan Keadilan
Panggilan Jihad hidupkan
Allahu Akbar Allahu Akbar Allah Allahu Akbar ..
Pemuda pemudi Islam Bangunlah
Panggilan Jihad rampungkan
Wasiat Muhammad peganglah
Harta dan jiwa searahkan
Binalah persatuan .. kalam tuhan
Kalam Ilahi menuntut persatuan
Pertikaian menguntungkan musuh Tuhan ..
Hanya Iman Tauhid dapat menyatukan
Tuntutan Agama Menjadi tujuan
Panggilan Jihad Hidupkan
Allahu Akbar Allahu Akbar Allah Allahu Akbar ..
Ulama pemimpin Islam dengarlah demi agama sadarlah
Hentikan Pertikaian ciptakan perdamaian menuju persatuan kalam tuhan
Panggilan Jihad Hidupkan

UCAPAN BAGAI ANAK PANAH

      Sudaraku, orang yang beriman kepada Allah SWT dan Rosul – Nya adalah terampil menjaga lisannya dari ucapan buruk, dari celetukan – celetukan yang tidak karuan, dan sangat memelihara lisannya agar selamat karena ia meyakini dengan sepenuh hati bahwa tiada satupun ucapan sehalus apapun kecuali pasti akan dimintai pertanggung jawabannya di hadapan Allah SWT.
      Hati – hatilah terhadap lisan kita. Karena ucapan – ucapan yang terlontar darinya meskipun itu ringan namun bisa berakibat berat bagi kita. Seperti keterangan yang diriwayatkan oleh Abu Hurairoh R.A , bahwasannya salah seorang sahabat pernah berkata kepada Rasulullah SAW., Wahai Rasulullah , sesungguhnya wanita itu rajin shalat, rain shodaqoh, rajin puasa . Namun dia suka menyakiti tetangga dengan lisannya .’’ Lantas Rasulullah SAW. Bersbda, ‘’Dia di neraka .’’ Kemudian sahabat bertanya lagi, ada wanita yang dikenal jarang berpuasa sunnah, jarang shalat sunnah, dan dia hanya bersedekah dengan potongan keju. Namun dia tidak pernah menyakiti tetangganya. ‘’ Rasulullah SAW . Bersabda, dia ahli surga .’’ (HR.Imam Ahmad)
     Maasyaa Alloh! Betapa dahsyat akibat yang datang dari kita ini. Ucapan yang terlontar dari lisan kita bagaikan anak panah yang melesat maka tidak akan bisa ditarik lagi. Kemudian jika dia sudah tertancap pada sasaran, maka jikapun dia dicabut kembali maka bekasnya akan tetap ada. Sekalipun bekas itu ditambal sedemikian rupa, maka tetap ia tidak utuh lagi seperti sedia kala.
      Begitulah gambaran dari ucapan kita. Hinaan, caciaan, makian, ledekan yang terlanjur terlontar dari lisan kita dan mengakibatkan orang lain sakit hati. Ucapan maaf yang kita mohonkan kepadanya tidak akan mengembalikan hati yang sudah terluka. Boleh jadi dia berlapang dada memaafkan kita tetap sudah meninggalkan bekas dihatinya.
      Oleh karena itu, mailah kita berlatih memelihara lisan kita. Rasulullah SAW bersabda ; ‘’Setiap ucapan Bani Adam itu membahayakan dirinya (tidak memberi manfaat), kecuali kata – kata berupa amar ma’ruf nahyi munkar serta berdzikir kepada Allah ‘ Azza Wa Jalla.’’ (HR. Tirmidzi).
    Semoga kita tergolong hamba – hamba Allah SWT. Yang selamat lisannya, yang lisannya bisa membawa kita kepada keselamatan hidup di Dunia dan Akhirat. Aamiin yaa Rabbal’aalamiin.

Dikutip dari : BULETIN KELUARGA SAKINAH (Media Dakwah DPU Daarut Tauhiid)

Sabtu, 24 Desember 2016

HUKUM NATAL

Sumber : Suara-islam.com
Sabtu, 20/12/2014 07:25:28
Artikel ini dibuat oleh penulisnya sejak beberapa tahun yang lalu dengan judul : SYUBHAT NATAL. Dan telah dimuat di Web Resmi FPI yang kemudian disebarluaskan oleh aneka situs Islam lainnya. Bahkan sudah dibuat rekaman audio videonya disertai dengan presentase melalui tayangan slide power point secara apik dan rinci serta ilmiah.
Berikut isi artikel lengkapnya :
Pada 1 Jumadil Ula 1401 H / 7 Maret 1981 M, Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan Fatwa tentang Natal Bersama yang intinya bahwa mengikuti Natal Bersama bagi umat Islam hukumnya HARAM, dengan hujjah antara lain : Surat Al-Kaafiruun 1 - 6, Surat Al-Baqarah : 42, Hadits Nu'man ibnu Ba'syir tentang Syubhat, dan Kaidah Ushul "Dar'ul Mafaasid Muqaddamun 'alaa Jalbil Mashaalih" (Menolak kerusakan didahulukan daripada mengambil mashlahat).
Ketika itu, rezim yang berkuasa tidak suka terhadap Fatwa MUI tentang Natal Bersama, karena dianggap anti toleransi dan bertentangan dengan semangat pluralisme. Lalu MUI dipaksa untuk mencabut Fatwanya, tapi almarhum Buya Hamka selaku Pimpinan MUI kala itu lebih suka meletakkan jabatannya daripada menarik kembali Fatwa tersebut, demi untuk menjaga aqidah umat Islam.
Belakangan, tampil sejumlah "Tokoh Islam" yang menggulirkan "Fatwa" bahwa Natal Bersama bagi umat Islam hukumnya BOLEH, dengan menyampaikan sejumlah argumentasi yang tidak lepas dari MANIPULASI HUJJAH dan KORUPSI DALIL. Fatwa Kontroversial mereka tersebut sangat digandrungi oleh KAUM SEPILIS (Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme), bahkan dijadikan Rujukan Utama hingga kini. Fatwa Aneh tersebut telah menebar SYUBHAT yang melahirkan FITNAH di tengah umat Islam.
Syubhat Natal adalah pemutar-balikkan ayat mau pun hadits untuk menyamarkan hukum Natal yang sebenarnya sudah jelas keharamannya, sehingga Natal Haram diupayakan menjadi Natal Halal, sekurangnya menjadi Natal Syubhat. Berikut beberapa Syubhat Natal dan jawabannya :
1. SYUBHAT PERTAMA :
Dalam Al-Qur'an cukup banyak ayat yang bercerita tentang Nabi 'Isa as sekaligus menjadi hujjah bahwa umat Islam wajib mencintai, menghormati dan mengimani beliau sebagai salah seorang Rasul. Bahkan dalam Surat Maryam : 33, Allah swt menceritakan ucapan Nabi 'Isa as yang berbunyi : "Wassalaamu 'alayya yauma wulidtu wa yauma amuutu wa yauma ub'atsu hayyan" (Keselamatan atasku di hari aku dilahirkan dan hari aku mati serta hari aku dibangkitkan dalam keadaan hidup). Dengan dasar itu semua, maka merayakan dan saling mengucapkan selamat atas kelahiran Nabi 'Isa as menjadi sejalan dengan semangat Al-Qur'an, sekaligus menjadi bukti cinta, hormat dan iman kita kepada Nabi 'Isa as.
JAWABAN :
Iman kepada Para Rasul merupakan salah satu Rukun Iman. Dan Nabi 'Isa as merupakan salah satu Rasul yang wajib diimani. Mengekspresikan cinta dan hormat serta iman kepada Nabi 'Isa as yang paling utama adalah dalam bentuk memposisikan beliau sebagai Hamba Allah SWT dan Rasul-Nya, serta menolak segala bentuk PENUHANAN terhadap dirinya. Jadi, pengekspresian tersebut tidak mesti dengan memperingati Hari Lahirnya.
Andaikata pun kita ingin merayakan Hari Lahir Nabi 'Isa as dengan dasar ayat 33 Surat Maryam, maka kita akan kesulitan menentukan tanggalnya, karena tidak ada satu pun ayat Al-Qur'an atau Hadits Nabi saw atau Atsar dari Shahabat, Tabi'in mau pun Tabi'it Tabi'in, yang menginformasikan tentang tanggal kelahiran Nabi 'Isa as.
2. SYUBHAT KEDUA :
Dalam Hadits Muttafaqun 'Alaihi yang bersumber dari Sayyiduna 'Abdullah ibnu Sayyidina 'Abbas ra diceritakan bahwa Rasulullah saw pernah menerima informasi dari Yahudi tentang Kemenangan Nabi Musa as di Hari 'Asyura (10 Muharram), lalu Nabi saw dan para Shahabatnya merayakan Kemenangan Musa as di hari itu dengan berpuasa. Jika Nabi saw menerima INFO YAHUDI tentang tanggal bersejarah 10 Muharram sebagai Hari Kemenangan Nabi Musa as lalu merayakannya, maka tidak mengapa kita menerima INFO NASHRANI tentang tanggal bersejarah 25 Desember sebagai Hari Kelahiran Nabi 'Isa as dan merayakannya pula.
JAWABAN :
Dalam Hadits Muttafaqun 'Alaihi yang lain bersumber dari Sayyidatuna 'Aisyah ra menerangkan bahwa Puasa 'Asyura sudah dilakukan masyarakat Quraisy sejak zaman Jahiliyyah, dan di zaman permulaan Islam menjadi Puasa Wajib hingga diwajibkan Puasa Ramadhan di tahun kedua Hijriyyah.
Jadi, Puasa Nabi saw di Hari 'Asyura bukan meniru-niru perbuatan Yahudi. Apalagi dalam sebuah Hadits Shahih disebutkan tentang niat dan anjuran Nabi saw buat umatnya agar juga Puasa Tasu'a (9 Muharram) untuk membedakan Puasa Umat Islam dengan Puasa Yahudi di hari 'Asyura.. Dengan demikian menjadi jelas bahwa tuntunan Nabi saw adalah tidak meniru-niru perbuatan kaum kafirin, apalagi dalam sebuah Hadits lainnya beliau saw menegaskan barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian darinya.
Memang, sikap Nabi saw yang diartikan sebagai bentuk perayaan terhadap Hari Kemenangan Nabi Musa as bisa dijadikan dalil pembenaran syar'i bagi perayaan Hari Bersejarah seorang Nabi atau Rasul, termasuk Hari Lahir Nabi 'Isa as. Namun itu tidak boleh dijadikan dalil pembenaran syar'i bagi tanggal 25 Desember sebagai Hari Kelahiran Nabi 'Isa as. Apalagi dijadikan dalil buat meniru-niru Nashrani dalam merayakan Natal.
Penerimaan Nabi saw terhadap INFO YAHUDI tentang tanggal 10 Muharram sebagai Hari Kemenangan Nabi Musa as menjadi PEMBENARAN SYAR'I bagi info tersebut, karena Sunnah Nabi saw adalah sumber hukum Islam yang autentik setelah Al-Qur'an. Artinya, info itu menjadi benar bukan karena datangnya dari Yahudi, tapi karena DIBENARKAN oleh Nabi saw. Sedang INFO NASHRANI tentang tanggal 25 Desember sebagai Hari Lahir Nabi 'Isa as tidak memiliki PEMBENARAN SYAR'I sama sekali, sehingga tidak bisa dibenarkan.
3. SYUBHAT KETIGA :
Ada Hadits Rasulullah saw yang membolehkan umat Islam menyampaikan berita yang berasal dari Ahlul Kitab. Karenanya, jika Nashrani di seantero dunia sudah sepakat merayakan Hari Lahir Nabi 'Isa pada tanggal 25 Desember, maka itu bisa menjadi bagian berita Ahlul Kitab yang boleh kita terima.
JAWABAN :
Memang, ada Hadits tentang kebolehan menyampaikan berita Ahlul Kitab, tapi ada Hadits juga yang mengarahkan umat Islam agar tidak mempercayai (membenarkan) dan tidak pula mendustakan (menyalahkan) berita Ahlul Kitab. Maksud berita Ahlul Kitab adalah segala info yang datang dari Kitab-kitab suci atau Doktrin Asli ajaran agama Yahudi dan Nashrani. Ahlus Sunnah wal Jama'ah mengklasifikasikan berita Ahlul Kitab menjadi tiga katagori, yaitu :
a. Info yang dibenarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah maka wajib diterima,
b. Info yang ditentang Al-Qur'an dan As-Sunnah maka wajib ditolak.
c. Info yang tidak dibenarkan dan tidak pula ditentang Al-Qur-an dan As-Sunnah maka wajib tawaqquf, yaitu tidak menerima dan tidak juga menolak.
Lalu, berita Hari Lahir Nabi 'Isa as pada tanggal 25 Desember masuk katagori berita Ahlul Kitab yang mana ? Atau bahkan tidak termasuk katagori yang mana pun ?
Dalam menjawab pertanyaan tersebut, harus dilihat terlebih dahulu tentang Hari Lahir Nabi 'Isa as dalam Bibel. Berikut DATA BIBEL tentang Kelahiran Nabi 'Isa as :
A. Lukas 2 : 4 – 7
Ayat-ayat ini menginformasikan bahwa Sayyidatuna Maryam as saat hamil tua bermusafir ke Yerusalem, setibanya disana ia tidak mendapatkan penginapan karena semuanya sudah penuh terisi, sehingga ia melahirkan di palungan (tempat jerami). Lalu dalam Lukas 2 : 41 ada keterangan bahwa setiap tahun Orang tua Nabi 'Isa as datang mengunjungi Yerusalem di Hari Raya Paskah yaitu Hari Raya Bani Israil yang jatuh pada awal musim gugur. Itulah sebabnya, walau hamil tua Sayyidatuna Maryam as tetap musafir karena pentingnya Hari Raya tersebut, dan itu pula sebabnya semua penginapan penuh karena di Hari Raya tersebut semua Bani Israil mendatangi Yerusalem. Artinya, menurut DATA BIBEL bahwa Nabi 'Isa as lahir di awal musim gugur, dan itu tentu bukan bulan Desember melainkan awal Sepetember.
B. Lukas 2 : 8 – 11
Ayat-ayat ini menginformasikan bahwa di malam kelahiran Nabi 'Isa as, di sekitar Yerusalem para gembala sedang menjaga kawanan ternaknya di padang terbuka. Dan dalam Ezra 10 : 9 - 13 serta Kidung Agung (Nyanyian Solomon) 2 : 9 - 11, ada keterangan bahwa di musim hujan / dingin semua ternak disimpan dalam kandang dan semua manusia berada di rumah, tidak keluar tanpa keperluan yang mendesak, karena mereka tidak sanggup menahan dingin di luar rumah. Dengan demikian, DATA BIBEL ini pun menunjukkan bahwa saat Nabi 'Isa as dilahirkan bukan musim hujan / dingin, karena manusia dan ternak masih sanggup di padang terbuka pada malam hari. Artinya, Nabi 'Isa as tidak dilahirkan bulan Desember, karena Desember di Yerusalem musim hujan dan hawa sangat dingin, sehingga tidak mungkin ada rombongan gembala pada malam hari menjaga kawanan ternak di padang terbuka.
C. I Tawarikh (Chronicle) 24 : 10 dan Lukas 1 : 5 – 38
Ayat-ayat ini menginformasikan bahwa Nabi Zakaria as dan rombongannya dalam kelompok Abia mendapat tugas menjaga Rumah Tuhan pada giliran ke delapan, dan itu menurut Kalender Hebrew jatuh pada tanggal 27 Iyar - 5 Sivan, atau bertepatan dengan tanggal 1 - 8 Juni (Awal Juni). Lalu ketika tugas itulah Nabi Zakaria as mendapat wahyu tentang kehamilan istrinya yang kelak akan melahirkan Nabi Yahya as. Artinya, 9 bulan setelah tugas itu menurut masa kehamilan normal maka Nabi Yahya as dilahirkan, yaitu awal Maret. Kemudian diinformasikan bahwa usia Nabi 'Isa as 6 bulan lebih muda daripada Nabi Yahya as. Artinya, jika Nabi Yahya as dilahirkan awal Maret maka Nabi 'Isa as dilahirkan 6 bulan sesudahnya, yaitu Awal September.
Dengan demikian DATA BIBEL di atas juga menginformasikan bahwa Nabi 'Isa as tidak dilahirkan bulan Desember.
Seorang Pastur dari Gereja Wolrdwide Church of God di Amerika Serikat, Herbert W. Armstrong (1892-1986), dalam bukunya yang berjudul The Plain Truth About Christmas menyatakan bahwa Nabi 'Isa as tidak dilahirkan bulan Desember, dan Perayaan Hari Raya Natal bukan ajaran asli gereja, melainkan bersumber dari ajaran paganisme (penyembah berhala) yang sejak lama, jauh sebelum kelahiran Nabi 'Isa as, telah merayakan Hari Kelahiran Dewa Mithra sebagai Dewa Matahari mereka pada tanggal 25 Desember.
Pendapat Pastur Herbert tersebut sejalan dengan keterangan dalam Encyclopedia Britannica dan Encyclopedia Americana. Kedua Literatur tersebut mendefinisikan Natal sama seperti pernyataan Pastur Herbert di atas.
Pada tahun 1993, seorang Astronom Inggris, David Hughes dari Universitas Sheffield, dalam sebuah wawancara dengan Britain's Press Association (BPA), yang dikutip oleh Kantor Berita Reuter, menyatakan bahwa Nabi 'Isa as diduga kuat lahir pada tanggal 15 September 7 tahun sebelum Masehi, karena pada tanggal tersebut terjadi siklus pertemuan 840 tahunan sekali antara planet Yupiter dan Saturnus, yang dari permukaan Bumi terlihat bagai Bintang Terang yang langka. Menurutnya, itulah Bintang Terang yang terlihat di malam kelahiran Nabi 'Isa as sebagaimana diinfokan Bibel dalam Matius 2 : 1 -12.
Selain itu, tercatat dalam beberapa literatur sejarah Nashrani, bahwa tiga abad pertama Masehi tidak ada umat Nashrani yang merayakan Hari Lahir Nabi 'Isa as. Dan awal abad keempat Masehi, perayaan tersebut mulai muncul di tengah umat Nashrani, tapi pada tanggal yang berbeda-beda, seperti 6 Januari, 28 Maret, 18 April dan 28 Juni. Baru pada tahun 354 M, Paus Liberius di Roma memutuskan tanggal 25 Desember sebagai Hari Lahir Nabi 'Isa as. Keputusan itu diikuti oleh Gereja Roma di Konstantinopel pada tahun 375 M dan di Antakia pada tahun 387 M. Selanjutnya menyebar ke seluruh dunia hingga saat ini.
Kesimpulannya, Data Bibel dan Data Astronomi serta Literatur Kristiani lainnya menolak kemungkinan Kelahiran Nabi 'Isa as pada bulan Desember, sehingga INFO NASHRANI tentang kelahiran Nabi 'Isa as pada tanggal 25 Desember adalah info yang tidak termasuk dalam katagori berita Ahlul Kitab, karena Bibel sendiri menolak. Info tersebut adalah INFO FIKTIF yang tidak bisa dipertanggung-jawabkan secara Syar'I mau pun secara ilmiah akademis.
4. SYUBHAT KEEMPAT :
Pada prinsipnya, umat Islam boleh KAPAN SAJA merayakan Hari Kelahiran seorang Nabi atau Rasul, termasuk Hari Lahir Nabi 'Isa as, untuk memuliakan mereka para Utusan Allah SWT. Maka, tidak ada masalah memperingati Hari Lahir Nabi 'Isa as pada tanggal 25 Desember atau tanggal lainnya, walau pun tanggal Lahir Nabi 'Isa as masih diperdebatkan kalangan Kristiani sendiri.
Hanya saja, peringatan Hari Lahir Nabi 'Isa as pada tanggal 25 Desember lebih tepat untuk membangun toleransi antar umat beragama dalam rangka menyuburkan keharmonisan hubungan Islam - Nashrani.
JAWABAN :
Justru, merayakan Hari Lahir Nabi 'Isa as bersamaan dengan umat Nashrani pada tanggal 25 Desember menjadi MAZHONNATUL FITAN (sumber fitnah) yang sangat berbahaya, antara lain :
a. Justifikasi kebohongan umat Nashrani dalam penetapan tanggal Hari Lahir Nabi 'Isa as.
b. Justifikasi kesesatan keyakinan umat Nashrani yang merayakan Natal sebagai Hari Lahir Nabi 'Isa as sebagai ANAK TUHAN.
c. Membuat BID'AH DHOLALAH karena merayakan Hari Lahir Nabi 'Isa as dengan dasar INFO FIKTIF NASHRANI.
d. Pencampur-adukkan aqidah haq dengan bathil.
e. Menjerumuskan kalangan awam dari umat Islam yang kebanyakan lemah iman.
f. Pelecehan terhadap kemuliaan Nabi 'Isa as, karena Hari Lahirnya dirayakan dengan Data Dusta, ditambah lagi dibarengi dengan umat Nashrani yang merayakannya sebagai Hari Lahir Anak Tuhan.
Dengan demikian, merayakan Hari Lahir Nabi 'Isa as pada tanggal 25 Desember bukan bentuk toleransi antar umat beragama, tapi bentuk pencampu-adukkan aqidah yang sangat dilarang dalam Islam. Dan itu tidak akan menyuburkan keharmonisan hubungan antar Islam - Nashrani, tapi akan menyuburkan PENDANGKALAN AQIDAH yang bisa mengantarkan kepada pemurtadan.
Sikap umat Islam yang tidak mengganggu umat Nashrani dalam merayakan Natal, dan ikut menjaga kondusivitas suasana dalam masa Natal dan Tahun Baru, serta memberi kesempatan kepada mereka merayakannya secara semarak di berbagai tempat, mulai dari Gereja, Pabrik, Kantor hingga Istora Senayan, sebenarnya sudah LEBIH DARI CUKUP sebagai bentuk toleransi mayoritas Muslim kepada minoritas Nashrani di negeri Indonesia tercinta ini.
5. SYUBHAT KELIMA :
Andai pun umat Islam tidak merayakan Hari Lahir Nabi 'Isa as bersama umat Kristiani pada tanggal 25 Desember, karena khawatir terganggunya aqidah. tapi setidaknya tidak mengapa sekedar mengucapkan SELAMAT NATAL kepada mereka untuk penghormatan dan maslahat pergaulan. Apalagi bagi Tokoh Islam yang jelas sudah mantap aqidahnya dan diperlukan pemantapan hubungan pergaulan Lintas Agamanya, sehingga kekhawatiran semacam itu tidak perlu ada sekaligus tidak lagi menghalangi Tokoh Islam dalam meningkatkan Dakwah Lintas Agama.
JAWABAN :
Natal secara Estimologi adalah Hari Lahir. Dan secara Terminologi adalah Hari Lahir Yesus Kristus sebagai Anak Tuhan, sebagaimana ditulis oleh berbagai Ensiklopedi. Dan sebutan HARI NATAL hanya digunakan dalam makna Terminologi. Artinya, jika seseorang mengucapkan SELAMAT NATAL maka sesuai makna Terminologinya berarti mengucapkan "Selamat Hari Lahir Yesus Kristus sebagai Anak Tuhan". Dan itu jelas haram bagi umat Islam.
Jika seorang Muslim terlanjur mendapat ucapan Selamat Natal dari siapa pun, maka mesti dijawab dengan Surat AL-IKHLASH yang berintikan Keesaan Allah SWT yang tidak beranak dan tidak diperanakkan.
Syariat Islam buat semua lapisan umatnya, Ulama dan Awam, Pejabat dan Rakyat, Kaya dan Miskin. Karenanya, apa pun yang menjadi MAZHONNATUL FITAN diharamkan, baik bagi yang imannya kuat, apalagi yang imannya lemah. Lebih-Iebih jika Mazhonnatul Fitannya menyangkut aqidah sebagaimana telah diuraikan tadi.
Bukankah memandang wanita yang tidak halal, apalagi berjabat-tangan dengannya, diharamkan bagi laki-laki, termasuk Rasulullah saw sekali pun, karena hal itu merupakan Mazhonnatul Fitan yang bisa menggerakkan syahwat dan mengundang fitnah. Padahal kita sama tahu dan yakin bahwa IMAN dan TAQWA Rasulullah saw adalah yang terkuat dan terbaik, sehingga syahwat beliau saw tidak akan terpancing hanya dengann memandang atau berjabat-tangan dengan wanita mana pun yang tidak halal baginya, namun sungguh pun demikian beliau saw tidak mau melakukannya karena Mazhonnatul Fitan yang wajib dihindarkan.
Karenanya, tidak ada alasan bagi Tokoh Islam untuk menghalalkan Natal dengan dalih asal aqidah kuat. Bahkan ketokohan mereka semestinya membuat mereka lebih hati-hati dalam bersikap, karena mereka adalah teladan yang akan diikuti umat yang kebanyakan beraqidahkan lemah. Sikap Tokoh Islam yang mengikuti Natal jelas bisa menjerumuskan umat.

KESIMPULAN :
Umat Islam hukumnya haram merayakan Natal dalam bentuk apa pun, baik ucapan selamat Natal, atau pun saling berbagi hadiah Natal, atau juga memakai atribut Natal, mau pun mengirim kartu Natal, atau memajang pohon Natal, apalagi mengikuti Misa Natal.
Selain itu, umat Islam juga hukumnya haram mengganggu umat Nasrani dalam merayakan hari Natal mereka.
Ayo, bangun toleransi antar umat beragama, tanpa mencampur-adukkan akidah dan syariat.
Wallaahul Musta'aan.

Minggu, 27 November 2016

Kiat Mendongkrak Kebenaran

Oleh : KH. Abdurrahman Yuri (Dewan Pembina Yayasan Daarut Tauhiid)

1. Yakin bahwa segala sumber kekuatan hanya dari Allah . ‘’Cukuplah Allah yang menjadi penolong kami ,dan Alloh adalah sebaik-baik pelindung.’’(QS.Ali Imran : 173)
2. Mengetahui dan mencontoh sikap berani Rasulullah dan para sahabat .
3. Setiap manusia memiliki rasa takut dan pemberani yang mampu mengatasinya
4. Bergaul dengan pemberani.
5 .Buat tujuan besar yang realistis .
6 .Tentukan rencana detail untuk tindakan .
7 .Kuasai ilmu dan cara untuk melakukannya (tanya pada ahlinya).
8 .Evaluasi setiap kesalahan ,kekurangan dan kegagalan .
9 .Bertawakal kepada Allah SWT .’’ Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya’’...(QS.AtThalaq:3)



Di Kutip dari : Majalah Swadaya (Media Dakwah da Informasi DPU Daarut Tauhiid

Senin, 21 November 2016

Kalau Punya Keinginan



Kiat MQ KH. Abdullah Gymnastiar
Pendiri dan Ketua Yayasan Daarut Tauhiid

Dalam hidup ini kita harus siap dengan apa yang cocok dan yang  tidak cocok dengan rencana kita . Karena kita punya rencana, Alloh juga punya rencana . Rencana Alloh pasti akan tejadi. Dan, rencana Alloh pasti yang paling baik .
Kita boleh punya keinginan, bahkan harus . Kaarena keinginan adalah pemandu amal kita . Tetapi sebaik-baik keinginan adalah menginginkan apa yang Alloh sukai . Mau itu terjadi atau tidak terjadi ,kita punya keinginan yang Alloh sukai itu sudah baik . Dan yang paling beruntung adalah orang yang paling beruntung adalah orang yang menginginkan apa yang terbaik yan Alloh takdirkan bagi dirinya.
Kita menginginkan apa yang Alloh tetapkan bagi kita , ini sikap yang paling enak. Makanya , Kalau punya keinginan harus istikhoroh . Supaya Alloh memilihkan bagi kita yang terbaik . Karena apa yang baik menurut kita belum tentu baik menurut Alloh Swt .
Sebagaimana Alloh berfirman , ‘’... boleh jadi kamu membenci sesuatu , padahal ia amat baik bagimu ,dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu , padahal ia amat buruk bagimu ; Alloh mengetahui , sedang kamu tidak mengetahui .’’  (QS.Al Baqoroh : 216)
Oleh karena itu , kalau punya keinginan ,ada tiga hal yang harus kita lakukan . Pertama niatnya luruskan lillahita’la  . Kalau niat sudah benar . Maka baru niat saja sudah dicatat sebagai kebaikan . Kedua dalam menggapai keinginan , sempurnakan caranya sesuai dengan apa yang Alloh ridhoi . Ketiga berpasrah diri kepada Alloh Swt, dengan tawakal.
Dengan tiga hal ini maka bereslah tugas kita . Alloh mengetahui niat kita, Alloh melihat amal kita , dan Alloh menyaksikan kita berserah diri pada-Nya . Selanjutnya , Alloh akan menetapkan apa yang terbaik bagi kita . Insya Alloh . 
  Dikutip dari : Buletin Sakinah (Media Dakwah DPU DT)